Kamis, 04 Juni 2009

fReE sTylE

Ada Lagi teknik mengerem di jalan yang tidak biasa, misal di jalan aspal berlumpur (licin sekali) kan sering kita menjumpai proyek2 di dalam kota, sedangkan saat itu musim hujan. maka, banyak endapan lumpur di jalan beraspal,
yaitu gunakan rem 50:50 antara depan belakang, dengan kekuatan yang ringan, atau bagi pemula malah dianjurkan rem belakang lebih besar dari rem depan (60:40), dengan kekuatan yang ringan.
Jika rem depan diutamakan pada kondisi jalan tersebut, malah berbahaya, karena kondisi gesekan ban dengan jalan sangat minim, dapat menyebabkan ban slip tiba2, dan jika terjadi pada roda depan, dapat berakibat fatal (langsung terjatuh). teknik ngerem sampai sesaat sebelum spin tetap diperlukan, untuk mengantisipasi ban depan atau belakang mengunci.
cara efektif, yaitu antisipasi, sebaiknya ngerem dulu sebelum melintasi kondisi jalan tersebut, sehingga ketika melintas di situ, sudah pelan, hingga tak perlu mengerem. hal ini berlaku pula pada jalan tanah yang licin, misalnya bagi pecinta trail adventure. pada kondisi basah, utamakan rem belakang lebih besar proporsinya, dan jangan sesekali ngerem mendadak, apalagi rem depan.

Hal tersebut berlaku pula bagi jalan beraspal yang ada pasirnya, ato berkerikil, jangan sesekali ngerem mendadak. kalo ngerem sebisa mungkin sebelumnya, tentu saja mata kita yang harus jeli melihat kondisi jalan di depan,

saat berkendara di jalan berlumpur ataupun berpasir, sebaiknya teknik ngegas (berakselerasi) juga dilakukan secara halus, apalagi ketika menikung. teknik terbaik adalah tidak berakselerasi maupun deselerasi ketika melintasi jalan tersebut, tetap tenang, melintas dengan kecepatan konstan, dan hal tersebut sangat terbantu jika sebelumnya kita sudah ngerem.

free STyle

eknik ngayun, ato maksudnya dilepas dan ditekan lagi, sebenarnya hanyalah cara ngerem untuk mempertahankan suhu kampas rem dgn cakram / teromol agar lebih dingin. berbeda dengan ngerem tekan terus, kampas akan bergesekan terus, sehingga panas terus terjadi. hal tersebut dapat berakibat fatal pada kondisi ekstrim, misalnya truk muatan berat turun pada sudut yang besar, jaraknya panjang, trus melakukan pengereman terus menerus tanpa engine brake. atau kondisi balap motor yang memakai komponen pengereman standar padahal kecepatan sudah jauh meningkat dari standar. jika panas berlebih, kemungkinan terjadi kegagalan pengereman sangat besar.
pada balap, cara tersebut selain untuk menjaga rem juga untuk menjaga ban. jika ngerem langsung sekaligus, ban langsung mendapat tekanan terus-menerus. tapi efek tersebut sangat kecil.
jika ngerem sesekali dilepas, maka ada jeda terhentinya gesekan, yang berarti terhentinya kalor, sehingga suhu lebih rendah.
Untuk harian, sebenarnya ngerem diayun ato ditekan terus tidak jauh berbeda, asalkan punya kemampuan merasakan batas maksimal sebelum roda mengunci. meski demikian, pada kecepatan tinggi sebaiknya mengerem dengan cara bertahap, diselingi engine brake. caranya ngerem dulu, lalu pindah gigi (bisa sambil digas agar putaran mesin sama / hentakan berkurang, atau sama sekali tidak digas sehingga hentakan tetap ada), setelah pindah gigi ngerem lagi, demikian seterusnya.

Jika kita berniat stoppie, bahkan pakai rem teromol pun bisa, dengan teknik tertentu. namun jika kita tidak memposisikan stoppie, sedangkan motor yang dipakai sebatas bebek yang bertapak ban kecil, dan sistem rem standar, maka tidak akan terjadi stoppie, malah ban yang akan slip.

Mahir Teknik Pengereman oleh Darwin Holmstrom

Lil' bit Re-phrase and modified text are for our kinda bike (scooter) purposes - Bayu
Menggunakan rem pada motor jauh lebih "menantang" dibanding pada mobil. Pengendara motor kadang-kadang harus menggunakan kedua tangan secara bersamaan untuk menghentikan laju motornya.

Rem depan lebih penting jika dibandingkan dengan rem belakang. Rata-rata sepeda motor mengandalkan rem depan 70-80 persen dari kemampuan perhentian (stopping power) kendaraan. Jenis motor dengan jarak sumbu roda (wheelbase) yang panjang (misalnya cruisers) lebih mengandalkan rem belakang dari kebayakan motor lainnya, namun tetap saja rem depan bekerja lebih keras daripada rem belakang.

Bertentangan dengan mitos yang beredar selama ini, sepeda motor tidak akan terjungkir balik ke depan jika pengendara mempergunakan rem depan dengan kuat. Pada sepeda motor modern, kita bisa saja "mengangkat" roda belakang saat ngerem roda depan (stunts/free style menyebutnya sebagai "stoppie"), tapi untuk itu perlu skill tersendiri. Jadi bukan hal yang gampang dan lazim, bukan? Perlu upaya sungguh-sungguh dan akan menghabiskan waktumu mencobanya.

Kita perlu melatih feeling terhadap kinerja rem motor, sehingga kita bisa menerapkan gaya pengereman yang sesuai dengan situasi yang terjadi. Kita tentunya tidak mau mengerem terlalu keras sehingga membuat ban motor terkunci dan merosot. Ini terutama untuk ban belakang, yang lebih mudah terkunci daripada roda depan. Apalagi jika roda belakang dilengkapi dengan paket rem cakram.
Roda yang terkunci berbahaya. Ketika roda kita slidding, traksi dan efisiensi pengeraman akan menurun drastis, sementara kemungkinan kita menabrak akan naik secara drastis pula.

Roda Terkunci
Jika roda belakang kita mulai mengunci, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi: Pertama adalah low side, jatuh dan slidding di jalan (terus menabrak). Atau kemungkinan kedua high side, yaitu sliding ke satu arah, kemudian jungkir balik ke arah yang lain. High side ini merupakan kejadian terburuk dalam sebuah kecelakaan sepeda motor. Terutama akan terjadi jika kita melepas rem (kembali) ketika terjadi slidding untuk mendapatkan kembali traksi roda terhadap jalan. Sebab akibatnya akan melemparkan motor dan pengendara ke arah yang berlawanan.

Teknik terbaik untuk roda terkunci (dan skidding) adalah : jangan sampai roda kita slip. Tapi, jika itu terjadi, yakni roda belakang slip, maka biarkan roda yang terlanjur terkunci sampai kita berhenti. Jaga pandangan ke depan, jangan ke bawah. Perkecualian: jika terjadi skid (slip) di permukaan yang kasar (misalnya gravel), mungkin kita bisa mendapatkan kembali traksi dengan secara bertahap melepas rem. Kata kuncinya adalah bertahap. Jika roda depan skid, lepaskan rem depan, kemudian rem lagi segera.

Roda Dua vs Roda Empat
Mengendarai roda dua akan melibatkan beberapa dinamika sasi (chassis dynamics), yang tidak kita alami pada kendaraan beroda empat. Daerah kontak yang kecil antara roda dengan permukaan jalan menyebabkan sepeda motor memiliki traksi yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan mobil.

Ditambah lagi, motor akan berada pada posisi miring pada saat membelok. Posisi ini membuat traksi lebih mengecil lagi. Banyak pembalap motor yang jatuh karena mereka mengerem pada saat posisi sepeda motor mereka miring di tikungan.Yang lebih rumit, ketika kita berakselerasi (nge-gas), deselerasi (nge-rem), kita sebenarnya memberi tekanan pada sasis sepeda motor dengan membuatnya bergerak-gerak, yang berarti memberi tekanan yang bervariasi ke roda. Pada akhirnya hal ini akan membuat traksi yang kita miliki juga berubah-ubah:

• Karena hukum-hukum fisika yang berlaku pada saat kita berkendara, ada baiknya jika seorang pemula atau pengendara biasa menyelesaikan proses pengereman sebelum membelok. Lakukan pengereman ketika posisi sepeda motor masih tegak, sebelum memiringkannya untuk membelok. Jika pengereman dilakukan saat posisi motor sudah dalam keadaan miring, kemungkinan untuk skid (slip) jauh lebih banyak, dibandingkan posisi tegak. Perlu diingat kembali, pada saat posisi miring, traksi yang kita miliki berkurang jauh.

• Jika kita berkendara terlalu cepat dan perlu mengurangi kecepatan di tikungan, teknik yang paling baik adalah "menegakkan" motor sesaat, melakukan pengereman, lalu balik lagi miring untuk berbelok. Tapi, ini perlu dialukan dengan cepat. Sebab, jika terlalu lama akibat kurang terlatih, kemungkinan besar kita akan "nyusruk" keluar jalan. Jadi, sebaiknya hindari gaya menikung dengan kecepatan tinggi.

Latihan Pengereman
Roda yang terkunci karena pengereman mendadak adalah situasi yang sangat berbahaya. Untuk membantu mengatasi situasi ini, berlatihlah berhenti mendadak di suatu area di mana tidak ada lalu lintas atau hambatan lain, misalnya di pelataran parkir (yang kosong tentu saja).

Hati-hatilah untuk tidak sampai roda terkunci. Ketika kita berkendara dengan posisi lurus, berlatihlah pengereman sampai sesaat sebelum roda terkunci. Pastikan bahwa kita masih punya banyak ruang di depan sehingga kita bisa mengurangi tekanan pada rem jika terjadi locking. Demikian pula kita masih punya ruang untuk berhenti dengan aman.

Ingat, mengerem sampai titik sesaat sebelum roda terkunci adalah untuk mengatasi jika terjadi kondisi darurat, bukan untuk menciptakan kondisi darurat itu sendiri.

Selama latihan ini, kemungkinan besar kita akan mengalami skid (slip), tapi jika kita bergerak lurus dan tidak panik, mestinya bisa diatasi. Jika panic dan jatuh, mestinya kita juga tidak akan terluka serius, dengan catatan kita mempergunakan safety wear yang baik dan dipergunakan dengan benar.

Latihan ini akan memberikan kepekaan pada kita mengenai batas-batas dalam pengereman pada kondisi darurat, yang akan membuat motor kita berhenti dengan cara yang paling efektif. Hanya jika kita sudah yakin dengan kemampuan kita membaca apa yang sedang terjadi pada roda-roda motor kita, kita dapat mencoba teknik pengereman ini di jalan umum.

Latihan Lanjutan
Meskipun sudah menjadi "jago" pengereman, kita tetap memerlukan latihan emergency stop secara konstan. Cari tempat yang tidak ada lalu lintas atau hambatan lain, dan coba untuk berhenti secepat mungkin.

Latihan pertama, berhenti hanya dengan menggunakan rem depan. Sesaat begitu kita merasakan roda depan terkunci, lepaskan rem. Begitu kita sudah mengetahui batas-batas rem depan kita, dan dapat secara insting menerapkan pengereman ini dengan cepat, mulailah untuk mencoba menambahkan sedikit pengereman pada roda belakang pada saat yang bersamaan dengan rem roda depan.

Harus diingat bahwa rem depan paling banyak berpengaruh dalam pengereman, sedangkan roda belakang lebih mudah terkunci. Jadi kita seharusnya memberikan tekanan yang berbeda antara rem belakang dibandingkan dengan rem depan.

Tips: Siaga Pengereman
Ketika berkendara di segala macam area berisiko tinggi (yang berarti hampir di semua tempat kita berkendara.), selalu pastikan menjaga rem depan dengan paling tidak dua buah jari tangan menempel di tuasnya. Artinya biasakan untuk selalu berkendara dengan dua jari tangan kanan dan kiri pada tuas rem.

Dengan tangan pada posisi siap menghentikan kendaraan, kita akan memiliki sepersekian detik ekstra untuk berhenti dengan lebih cepat. Ini bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati.

3 GAya dASar FreEstyLe

Dari sekian banyak gaya yang biasa Anda saksikan di dalam setiap pertunjukan freestyle, pada dasarnya semua itu hanyalah merupakan pengembangan dari 3 gaya dasar, yaitu stopie, wheelie, dan burnout. Berikut ini merupakan langkah-langkah dasar melakukan 3 gaya tersebut:



Burnout

Untuk yang satu ini, setiap orang dijamin mampu melakukannya. Sambil berdiri mengangkangi motor, kedua kaki tegas dengan aspal, (posisi ini menjamin motor tidak akan mengarah ke kiri atau kanan), masukkan gear pada gigi satu atau dua, tarik rem depan, kemudian putar gas. Dengan demikian, ban belakang akan berputar. Semakin lama dan semakin tinggi gas yang Anda putar, semakin banyak asap yang tercipta akibat gesekan ban belakang tersebut pada aspal. Tetapi Anda juga harus memperhitungkan kapan sebaiknya berhenti. Kecuali Anda memang sengaja ingin meledakkan ban belakang Anda.

Stopie

Ketika motor masih melaju, tarik rem secara total namun hati-hati, majukan badan sedikit ke arah tangki yang diikuti dengan kaki dilipat ke depan. Tekan stang dengan kedua tangan untuk membantu motor agar naik. Ketika motor akan naik, badan jangan sampai ikutan condong ke depan melainkan diusahakan tegak ke belakang. Ini penting untuk membantu kekuatan tangan ketika menekan ke stang. Saat menekan, tangan harus sama kuat. Jika tidak, akan membuat motor goyang dan menyebabkan Anda hilang keseimbangan. Nah, begitu posisi roda belakang sudah terangkat, semuanya tinggal mengandalkan kekuatan tangan untuk menjaga keseimbangan.

Untuk Anda yang masih pemula, tidak perlu mengambil trek yang terlalu jauh. Main pendek saja dulu. Begitu juga kecepatannya tidak perlu terlalu tinggi, 30 - 40 km/jam saja sudah cukup. Yang penting adalah bagaimana agar roda belakang motor tersebut naik dulu. Kalau sudah bisa naik, baru mainkan speed, yaitu 60 - 80 km/jam, serta melakukan endo -pelepasan rem perlahan-lahan, sehingga motor akan berjalan perlahan ketika roda belakang masih terangkat.

Wheelie

Nyalakan motor, posisi kedua kaki menginjak aspal, hentakkan gigi, slip kopling, lalu putar gas secara mantap sambil kedua tangan menghentakkan stang ke atas, hingga roda depan terangkat. Ketika roda depan sudah terangkat, masukkan ke gigi dua tanpa menekan kopling. Karena, jika menggunakan kopling, dipastikan roda depan akan sulit terangkat. Jaga kecepatan motor dengan mengombinasikan tarikan gas dan rem belakang. Cara ini, selain untuk menahan supaya roda depan tetap terangkat selama yang kita inginkan, juga menjaga agar Anda dan motor Anda tidak BB alias balik bakul alias terjungkal.

Untuk mengimbangi motor pada saat wheelie, bisa menggunakan kaki kiri atau kanan. Kalau motor membuang ke kanan, kembangkan kaki kiri. Begitu juga sebaliknya. Untuk pemula, biasanya memulai aksinya dengan wheelie kodok -kakinya turun dua-duanya. Lama-kelamaan, ketika sudah semakin mahir, baru bisa melakukan wheelie dengan kedua kaki tetap menginjak footstep.

Dari ketiga gaya inilah, para freestyler berlomba-lomba untuk melakukan inovasi dan mengembangkan gayanya sendiri-sendiri, baik untuk kategori individu maupun beregu, hingga ke tingkat yang paling ekstrem. Apa pun kombinasi aksi yang dilakukan, akan membuat freestyler merasakan aliran adrenalin yang deras ke seluruh tubuh. Mau mencoba?

TipS & tRicK freE sTylE

Sebelum freestyle, tentu saja jangan lupa untuk mengenakan seperangkat perangkat pengaman, hal ini berguna untuk mengurangi tingkat cedera yang akan dialami jika terjadi kecelakaan.
Tips dan Trick untuk posisi Wheelie Wheelie merupakan trick yang mendasar dalam Freestyle, bisa dibilang gampang-gampang susah. Yang membuat wheelie susah adalah mencari titik keseimbangan disertai kita harus bisa memberikan tenaga yang pas agar keseimbangan tetap terjaga. Ada tiga cara yang biasa digunakan untuk wheelie:
1.Lepas gas sampai di powerband dengan power rendah (underpower), terus gas sampai mentok (hanya untuk motor besar)
2. Cara ini dinamakan "double tap”. Naikkan motor sampai putaran yang bertenaga, kemudian tutup gas, dan langsung buka.
3. Dan cara terakhir yang cocok untuk motor kecil. Dengan memakai kopling lalu buka gas sampai hampir sampai "power region" (putaran di mana motor mulai bertenaga), tarik kopling sambil menahan putaran mesin, lalu lepaskan kopling, dan motor akan mengangkat.Inti dari wheelie adalah mencari balance point, lakukan latihan secara bertahap untuk melatih feeling dan sampai bisa merasakan balance point.
Tips dan Trick untuk Stoppie

Stoppie merupakan trick yang berlawanan dengan wheelie. Bedanya, stoppie adalah trick yang mengangkat ban belakang motor sedangkan wheelie mengangkat ban depan motor.

Untuk stoppie, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan: 1.Periksa keadaan ban depan (apakah sudah botak atau belum), berhati-hatilah jika ban depan sudah botak. 2. Periksa keadaan aspal di lokasi latihan (jangan berpasir, berkerikil apalagi tanah). Tidak disarankan berlatih di dalam kondisi hujan.

Hal yang paling dasar dalam stoppie yaitu teknik pengereman disertai perubahan titik beban yang diberikan kepada motor. Titik keseimbangan dalam stoppie sangat dipengaruhi oleh beban yang diberikan kepada motor. Untuk tahap pembelajaran stoppie, lajukan motor pada kecepatan 40-60 km/jam. Pada saat pengereman, tumpukan berat badan anda pada stang (hal ini berlaku untuk motor sport, kalau untuk motor bebek biasanya badan ditempelkan pada stang), rasakan ban belakang naik. Lakukan secara bertahap, jangan terburu-buru.

Selamat Mencoba dan Jangan Lupa Berdoa (Vixioner Red Maroon)